BAB
II
Dasar Aljabar Linier
1.
Pengantar
Dalam Bab ini kita mempelajari
dasar aljabar linier yang banyak dipakai dalam pelajaran OR untuk
menyelesaikan persamaan linier .
2. Tujuan
Instruksional Umum ( T I U )
Bab
II ini membahas ruang
lingkup Matriks yang diterapkan
untuk menyelesaikan masalah Aljabar Linier secara matematis yang akan digunakan
dalam penyelesaian program linier dalam OR
3.
Tujuan Instruksional Khusus ( T I K )
Setelah
membaca Bab II
ini siswa diharapkan mampu atau mengerti tentang matriks dan penggunaannya dalam program linier
4.
Uraian Materi pokok
4.1 Matriks
Matriks : Merupakan himpunan
bilangan atau fungsi yang tersusun dalam
baris dan kolom diapit oleh dua kurung siku.
Bilangan atau fungsi tersebut dinamakan entri atau elemen
dari matriks
m X n
m X n vektor kolom vektor
baris
m : baris
dan n = kolom
Suatu
matrik mempunyai baris m dan kolom n maka dikatakan matriks A adalah
matriks m x n
a11 a12 …….. a1n
a21
a22 …..… a2n
.
am1 am2 amn
|
Bisa ditulis lebih singkat A = [ aij ].
Dua matriks dikatakan sama bila ordonya sama ......A = B , bila
Aij = Bij .
Beberapa macam matriks:
·
Matriks bujur sangkar, jumlah baris dan kolomnya sama
A =
atau
·
Matriks satuan , bila diagonalnya mempunyai nilai entri = 1 dan entri
lainnya = 0 I =
·
Matriks skalar, entri pada diagonalnya bernilai sama tapi ≠ 0 dan entri
lainnya = 0 A =
=
·
Matriks nol, matrik yang semua entrinya = 0
023 =
0 43 =
·
Matriks invers, matrik bujur sangkar jika terdapat matrik lain yang sama
sehingga mempunyai hubungan AB = BA = 1
A =
= A-1 =
·
Matriks simetri, matriks bujur sangkar jika A = A T , T = transpose
A = AT =
·
Vektor matriks
: dalam matriks menpunyai satu kolom atau satu baris
Vektor
kolom
dan verlor
baris [1 3]
Operasi Matriks
Penjumlahan
Bila A = [aij] dan B = [bij] dua
buah vektor dengan kesamaan ordo yaitu sama sama m X n kemudian C = A + B dimana elemen ij adalah
aij dan bij maka didapat
suatu nilai tertentu
A=
, B =
A + B =
=
Perkalian dengan Skalar
Matriks A =
bila
dikali 3 akan menjadi 3A =
Perkalian
matriks
Bila A = [aij]dengan i = 1, 2, 3,.......,m
dan j =
1, 2,3,......, n dan B = [bjk] dengan k =
1, 2, 3,.......p dengan syarat kolom A = baris B
n
cik = Σ a j b k (jumlah dari semua perkalian antara elemen A pada baris
j
= 1 ke i
dengan elemen B pada kolom ke k)
Hal ini dikaitkan dengan vektor kolom dan vektor baris,
jika ai vektor baris
ke - i dan bk vektor
kolom ke – k dari matriks B maka elemen matrik C adalah c ik= ai bk
Misal A =
dan B
=
Sebagai hasilnya:
C
= A X B =
Dimana kita dapatkan langkah demi langkah, untuk C11
kita dapatkan dengan mengalikan vektor baris dengan vektor kolom sesuai dengan
barisnya
C 11 = a 1 b 1 =
=
[ 2 + (-6) ] = - 4
Dan seterusnya untuk C12 , C21 C22
Transpose Matriks
Misalkan [aij]dengan i = 1, 2,....,m dan j =
1, 2, .......,n, Transpose matriks A dinyatakan sebagai B = AT,
didefinisikan; bji = aij
(kolom matriks A menjadi baris matriks AT.
a11 a12 …….. a1n
a21
a22 …..… a2n
.
am1 am2 amn .
|
a11 a21 …….. am1
a12 a22 …..… am2
.
a1n a2n amn
|
Trase
Matriks
Penjumlahan semua semua entri diagonal utama dengan
ketentuan matrik harus bujur sangkar.
A
maka trase A
= 3 -2 + 1 = 2
Contoh : Jumlah angkutan umum
|
Jenis bus
|
||
Kota
|
Bus besar
|
Bus sedang
|
Bus kecil
|
Bandung
|
60
|
115
|
150
|
Jakarta
|
90
|
75
|
45
|
Surabaya
|
50
|
80
|
250
|
Semarang
|
85
|
70
|
450
|
Dan tabel dibawah
adalah ini menyatakan harga bus:
Bus
|
Harga bus (juta)
|
Bus besar
|
630
|
Bus sedang
|
315
|
Bus kecil
|
120
|
Pertanyaan berapa modal yang diperlukan untuk
melaksanakan operasi bus ini.
Jawab: Modal (C) =
Jumlah bus (A) x Harga bus (B)
Modal (C) =
=
= M + N +O + P
4.2 Vektor pada Bidang dan Ruang
:
Vektor kolom
Nilai 1 dan -2 pada vektor kolom bila digambarkan dalam
grafik kartesian merupakan suatu titik. Bila digabungkan antara dua vektor
kolom maka keduanya akan membentuk suatu
garis yang panjang, garis tadi sering kita sebut panjangnya garis. Nilai panjangnya
disebut skalar.
Vektor kolom
digabung dengan vektor kolom
, bila digambar dalam grafik kartesian kita
dapatkan suatu garis melalui titik (0,0) dan (1,2)
0
|
1
|
2
|
(1,2)
|
Vektor baris
pada matrik bisanya menyatakan suatu nilai atau huruf, biasanya berisi suatu
parameter,
Suatu matriks biasanya merupakan perkalian vaktor
baris dan vektor kolom :
A =
x B
= [ 3 4 ] maka A x B
=C =
Penambahan
vektor dalam bidang
Vektor-vektor u =
, v =
w =
dapat digambarkan :
u = [
1 2 ]
dan v = [ 2 1]
Bila C
= u + v maka
nilainya menjadi
C =
u + v = [1 2
] + [2 1 ] = [ 3 3 ] dan
gambarnya
4.3 Matriks dan Persamaan Linier
Suatu kumpulan persamaan linier:
a11 X1 + a12 X2
+ a13 X3 ………+a1n Xn = b1
a21 X1 + a22 X2
+ a23 X3 ………+a2n Xn
= b2
a31 X1 + a32 X2
+ a33 X3 ………+a3n Xn
= b3
. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . ...
am1 X1
+ am2 X2 + am3 X3 ………+amn
Xn = bm
Dimana anm =
parameter dan Xnm
= variabel
Persamaan tadi dapat diungkapkan dalam bentuk matriks
b1 b2
b3
bmm
|
X1 X2
X3
Xn
Xn
|
a11 a12 a13
……… a1n
a21 a22 a23
……… a2n
a31
a32
a33
……… a3n
am1
am2 am3 …… amn
|
Dapat dikatakan sebagai : AX =b atau
[ A ǀ b ]
Baris ke 1 dapat dinyatakan dalam bentuk
X1
X2
X3
.
Xn
|
n
cik = Σ a j b k (jumlah dari semua perkalian antara elemen A pada baris
j
= 1 ke i
dengan elemen B pada kolom ke k)
Contoh Persamaan linier :
X1 + 2 X2
= 5
2X1 –
X2 = 0
Dan X =
bukan merupakan
jawaban karena hanya menyelesaikan kedua
persamaan pertama saja, yaitu X1
= 3 dan X2 = 1, karena
kita harus ada penyelesaian persamaan linier diatas dan jawabannya dengan cara
eliminasi yaitu membuat nol salah satu variabel (penjelasan pada eliminasi
Gauss dan Jacob)
Untuk mengecek jawaban,
X =
Kita substitusikan X1 = 1 dan X2
= 2 pada kedua persamaan dan cek apakah memenuhi persamaan itu 1(1) +2(2)
= 5 dan 2(1) – 1(2) =0
Setiap persamaan linier selalu menjadi satu kesatuan,
antarpersamaan saling terikat. Setiap persamaan liniie rmempunyai penyelesaian.
Setiap persamaan linier diatas mempunyai n variabel dan m persamaan.
Penyelesaian persamaan ini adalah penyelesaian setiap
persamaan linier yang terdapat dalam sistem persamaan linier ini.
Sistem mempunyai tiga kemungkinan banyaknya penyelesaian;
1. Terdapat penyelesaian tunggal
2. Penyelesaian tak hingga banyaknya (infiniti)
3. Tak ada penyelesaian
Eliminasi
Gauss-Jordan
Berdasarkan pengalaman di SMU penyelesaian persamaan
linier tidak mengubah variabel tetapi hanya mengoperasikan secara aritmatik (yaitu dibuat nol sehingga
terkesan hilang dan suku konstan, kemudi dua persamaan dikuangkan atau
dijumlahkan sehingga satu variabel hilang..
Karena itu matriks parameter diubah menjadi matrik
lengkap (augmented matrix) yaitu :
b1 b2
b3
...
...
bmm
|
a11 a12 a13
……… a1n
a21 a22 a23
……… a2n
a31
a32
a33
……… a3n
.... .... ....
...... ...
.... .... ....
...... ...
am1
am2 am3 …… amn
|
Matriks diatas koefff A diperluas dengan matriks b.
[ A ǀ b ]
Matriks eselon baris tereduksi:
Mempunyai ciri sama dengan matriks satuan
Dimana x1
= -1, x2 = 2 dan x3 = 4 sebagai hasil suatu persamaan linier.
Untuk mencari agar terdapat penyelesaian ini dipergunakan
cara-cara:
E R O ( Elementary Row Equition)
Dengan cara mentransfer matrik A menjadi matrik A’ dengan
cara:
Type 1
ERO : Pengalian baris yang mana saja dengan scalar yang tidak
zero
Kalikan baris ke 2
dengan 3 A akan
menjadi A’
A =
A’
=
Type
2 ERO Mulai dengan mengalikan salah satu baris.
Contoh baris 1 untuk j ≠ i
Baris j dari A’ =
c ( baris i dari A) dan baris lain = baris pada A :
Baris 2
dikalikan 4 , ganti baris 3
dengan 4 baris 2 + baris 3
sehingga A’
menjadi
4[ 1 3 5 6
] + [ 0 1
2 3] =
[ 4 13
11 27]
A’ =
Type
3 ERO Tukar dua baris manapun, kita rubah baris 1
dan 3
A’ =
Type 1 ERO dan type 2 ERO
secara formal yang dapat
menyelesaikan masalah persamaan linier
Contoh : Untuk persamaan
X1 + 2 X2 = 5
2 X1
– X2
= 0 (1)
Dengan cara:
Pertama kalikan persamaan (1) baris ke dua dengan 2
dan + dengan persamaan pertama maka kita
dapatkan
X1 + 2 X2 = 5
5 X1 = 5 (2)
dibagi persamaan
(2) baris kedua dengan 5, maka persamaan
2 menjadi
X1 + 2 X2 = 5
X1 =
1 (3)
Disini baris ke 2
, bisa kita katakan sebagai [ 1 0 ]
Selanjutnya
kurangi baris pertama dan baris kedua pada persamaan (3)
Maka didapatkan
X1 =
1
X2 = 2
Dalam hal baris ke 1 menjadi matriks [ 0 1
]
Dengan melihat persamaan (1) dan dengan persamaan matriks
X1 + 2 X2 = 5
2X1
– X2 = 0
X1
X2
|
Bentuk ini menjadi
Caranya adalah merubah baris 1
menjadi baris 2
4.4 Variabel Basis dan Variabel non
Basic
Bila persamaan linier dengan n variabel , karena hanya
ada m persamaan, sehingga setiap kali
kita hanya bisa memperoleh suatu pemecahan dasar dengan variabel
sebanyak m (variabel dasar ) xj
> 0, j = 1, 2,......, m dan xj
= 0, j = m+1, ......, n.
Kalau kita ambil m kolom dari matriks A yang mempunyai basis, dan susunan
vektor-vektor yang baru masih juga merupakan basis, kemudian kita bentuk
matriks B terdiri dari m vektor yang
merupakan basis tersebut maka kita peroleh BX
= b yang memberikan pemecahan dasar fisibel.
yang fisibel.
Vektor kolom lainnya sebanyak n – m dari A bisa
menggantikan salah satu vektor dari B
( tentu saja dengan syarat tertentu) dan susunanvektor-vektor yang baru masih
juga merupakan basis (menghasilkan pemecahan dasar yang fisibel juga.
B =( B1 , Bj
, ..... , Br , .... Bm)
A =(A1 , A2
, ..... , Aj , .... An ),
Misal kalau kolomke r dari B (= Br ) diganti dengan kolom ke j dari A (=Aj ) , maka B1
, B2 ,...., Aj , ....., Bm juga merupakan basis.
Variabel Basic yang mempunyai nilai 0 BV = 0
Variabel non Basic ≠ 0
NBV ≠ 0
Kasus 1 : Tidak
ada penyelesaian
Dalam kasus ini A’x = b’ (dan Ax
=b) tidak mempunyai jawaban karena terdapat satu baris [ 0 0
0 ....ǀ c ] ( c ≠ 0 )
Kasus 2 : terdapat
penyelesaian
Misalkan :
2X1
+ 2X2 + X3
= 9
2X1
- X2 + 2X3 = 6
X1 -
X2 + 2X3 = 9
Dengan metode Gauss-Jordan menghasilkan
Dalam kasus ini
BV = {X1 , X2
,X3 } dan NBV kosong
Kasus 3 : Bila kasus 1 dan dan ada NBV maka A’x = b’ (dan Ax =b) akan mempunyai jawaban yang
infinitif
Dalam kasus ini
BV = {X1 , X2
,X3 } dan NBV { X4 , X5 } sehingga untuk melihat
kasus ini kita lihat : A’x = b’
X1 + X4 + X5 = 3
X2 +
2X4
= 2
X3
X5 = 1
0 X1 +
0 X2+ 0 X3 + 0 X4 + 0 X5 = 0
Sekarang kita tentukan (X4 , X5 ) sebagai NVB
yang mempunyai nilai c dan k
dimana X4 = c dan X5 = k,
kita dapatkan X1 = 3 – c – k,
X2 = 2 - 2c , X3
= 1 - k dan persamaan mengandung semua variabel X1 , X2 ,X3
, dan X4
, X5 mempunyaii nilai
c dan k maka akan merupakan jawaban pada
A’x = b’ (dan Ax
=b)
Sehingga kita mempunyai alternatif untuk memecahkan
persamaan linier:
4.5 Matriks invers
Matriks bujur sangkar A = [ aij ]dengan i = 1, 2, ......,
m dan j = 1, 2, ....., n, disebut mempunyai invers jika terdapat matriks A-1
sedemikian rupa sehingga
A A-1 = A-1 A = I dimana I
merupakan matriks satuan.
Definisi :
1. Matriks
square meripakan matiks m = n
2. Elemen
diagonal : elemen aij dimana i = j
3. Matrik
identitas : element diagonal = 1 dan elemen lainnya = 0
4. Untuk matrik A :m x m
dan matriks B : m x m merupakan matriks
invers dari A jika BA = AB = Im
5. Beberapa matrik square mungkin tidak mempunyai invers
Bila BA = AB = Im maka matrik B =Matrik A-1
Maka
A -1 =
-Maka bisa kita dapatkan
( A-1
A )x = A-1 b
atau
Im x = A-1 b atau
x = A-1 b
Contoh:
A =
A-1 =
Dari persamaan diatas
Untuk mendapatkan nilai dengan cara
mengubah
Kita melakukan transform pada kolom pertama dan kedua dari A kita dapatkan
Terjadi bila
di transform ke I =
Langkah langkah yang dilakukan:
Langkah 1 :
kalikan baris pertama dari A ǀ I2
dengan 1/2 menghasilkan
Langkah 2 : ganti baris
2 dari A’ ǀ I2 ’ dengan
-1 (baris 1 dari A’ ǀ I2
’ ) + baris 2 dari
A’ ǀ I2 ’ menghasilkan
Langkah 3 : kalikan baris 2 dari A” ǀ I2 “ dengan 2 sehingga
menghasilkan
Langkah 4 : Ganti baris 1 dari A”’ ǀ I2 ‘“ dengan -5/2 ( baris 2 dari A”’ ǀ I2
‘“)
Ditambah baris 1
dari A”’ ǀ I2 ‘“ akan
menghasilkan
A’ ǀ I2
’ =
Karena A telah ditransform ke I2 dan I2 akan ditransform ke A-1
A-1 =
Kita dapat meferifikasikan A A-1 = A-1
A = I2
Determinan Matriks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar